Mengenal Lokasi Situs Purbakala Trowulan di Mojokerto, Jawa Timur

Mengenal Lokasi Situs Purbakala Trowulan di Mojokerto, Jawa Timur

Jika hobi dengan sejarah dan peninggalan kuno, situs purbakala Trowulan mungkin tempat wisata yang cocok untuk dikunjungi. Terletak di kecamatan Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, kawasan ini berisi berbagai peninggalan purbakala pada periode klasik sejarah Indonesia. Anda bisa menemukan berbagai macam benda-benda antik peninggalan zaman dahulu.

Situs yang merupakan peninggalan kerajaan Majapahit ini penuh dengan sejarah dan kisah peradaban di masa itu. Situs ini menjadi saksi sejarah dengan memiliki berbagai bukti berupa candi dan situs kuno di dalam kawasannya. Penasaran apa saja yang terdapat di situs ini? Berikut ulasannya.

Berbagai Macam Daya Tarik Situs Purbakala Trowulan

1. Gapura Wringin Lawang

Lokasi wisata yang pertama yaitu Gapura Wringin Lawang. Gapura ini merupakan salah satu peninggalan yang ada situs purbakala Trowulan. Bangunan yang memiliki luas 13 x 11 m dengan tinggi 15.5 m dianggap sebagai pintu masuk untuk menuju sebuah bangunan penting pada era kerajaan Majapahit.

Jika ingin mengunjungi Gapura Wringin Lawang, pengunjung tidak perlu khawatir dengan harga tiket karena lokasi ini tidak dipungut biaya alias gratis. Wisatawan akan sangat puas bermain dan menghabiskan waktu bersama orang tersayang karena lokasi ini buka setiap hari pukul 07.00 waktu Indonesia barat.

2. Candi Tikus

Peninggalan selanjutnya adalah Candi Tikus yang ditemukan pada tahun 1914. Candi ini digali atas laporan R.A.A. Kromojoyo Adinegoro yang menjabat sebagai Bupati Mojokerto saat itu. Asal mula Candi Tikus adalah karena saat ditemukan oleh warga menjadi sarang tikus.

Jika ingin berkunjung, Candi Tikus terletak pada Jalan Raya Trowulan, Kecamatan Jatirejo, Kelurahan Temon, Trowulan, Mojokerto. Untuk jam kunjungannya, candi Tikus buka mulai pukul 7 pagi sampai 4 sore. Wisatawan yang ingin berkunjung akan dipungut biaya sebesar Rp 3.000,-. Sangat terjangkau, bukan?

3. Kolam Segaran

Situs purbakala Trowulan yang ketiga bernama kolam Segaran. Kolam ini termasuk ke dalam salah satu kolam kuno terbesar yang ditemukan di Indonesia. Kolam Segaran berada di Dusun Unggahan, Trowulan dengan luas 800 x 500 m2.

Untuk dindingnya, Kolam Segaran menggunakan batu bata merah dengan tebal 1.6 m dan kedalaman 2.88 m. Kolam yang ditemukan oleh Henri MacLaine arsitek asal Belanda pada tahun 1926 ini dapat dikunjungi dengan membayar tiket Rp 3.000,- dan buka selama 24 jam.

4. Gapura Bajang Ratu

Selain Gapura Wringin Lawang, terdapat satu gapura lagi yang terdapat di kawasan Situs Purbakala Trowulan bernama Bajang Ratu. Bajang Ratu berarti raja atau bangsawan yang kerdil atau cacat dalam bahasa Jawa. Masyarakat setempat menyangkutpautkan nama ini dengan raja kedua Majapahit, yaitu Raja Jayanegara.

Menurut sejarawan, gapura ini juga dikaitkan dengan Crenggapura, sebuah tempat suci persembahan untuk Raja Jayanegara yang wafat di tahun 1328. Jika ingin mengunjunginya, wisatawan perlu menyiapkan biaya Rp 5.000,- untuk membeli tiket masuk lokasi Gapura Bajang Ratu.

5. Museum Trowulan

Jika ingin lebih lengkap melihat situs-situs purbakala yang ada di Trowulan, wisatawan bisa mengunjungi Museum Trowulan yang terletak tidak terlalu jauh dari Gapura Wringin Lawang. Dari gapura tersebut hanya perlu memakan waktu 5 menit dengan berkendara, tepatnya di Jalan Pendopo Agung, Ngelinguk, Trowulan.

Museum Trowulan buka mulai pukul 08.00 waktu Indonesia barat dengan tiket sebesar Rp 5.000,-. Pengunjung tidak perlu khawatir museum ini tutup karena buka setiap hari, baik weekdays maupun weekend dan tanggal merah. Dilengkapi fasilitas lengkap, pengunjung bisa nyaman untuk rekreasi sekaligus belajar sejarah.
Rekomendasi Tempat Wisata Lainnya:

Itulah 5 tempat wisata yang terdapat di kawasan Situs Purbakala Trowulan. Dari situs-situs yang telah ditemukan, masih banyak peninggalan kerajaan Majapahit yang mungkin masih tertimbun di bawah tanah. Untuk itu, pemerintah terus melakukan pencarian artefak-artefak peninggalan sejarah agar tetap lestari dan ditunjukkan kepada penerus bangsa Indonesia.